tersenyum dalam duka



Silih berganti tak terasa waktu berlalu dengan kecepatan yang dimilikinya. Setelah 19 tahun melakoni peran sebagai manusia yang diciptakan untuk merasakan hidup di dunia. Secara umum, kehidupan seseorang awalnya sama yaitu lahir dari sepasang bidadari yang menanti kelahiran buah hati. Semasa kecil, balita dan menginjak usia sekolah dasar hidup kurasakan begitu indah ditemani oleh bidadari yang selalu sigap serta siap  sedia mengontrol tumbuh kembang kita. Mereka tidak ingin ada cacat sedikitpun dari kehidupan yang kita jalani. Kumerasakan pada waktu itu, betapa indahnya hidup ini. Mereka memanjakanku dengan penuh kasih sayang dan tidak ada rasa sedih sedikitpun. Waktu berganti, ketika memasuki masa sekolah menengah pertama . di mulailah dekade kehidupan yang berbeda, dimana awalnya terasa indah kini tu semua sirna.. Dimana ketika itu mereka mengalami percekcokan, rumah seperti neraka, tidak ada kedamaian, pertengkaran yang tidak ada ujung pangkalnya. Tak tahu apa penyebabnya. karena tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, berusaha menganggap itu adalah urusan orang dewasa yang tidak boleh anak kecil ikut campur dalam masalah tersebut, Berkata dalam hati, "oke, ternyata semuanya baik-baik saja. alhamdulillah". kejadian itu terus berulang tapi sebagai anak kecil yang tidak tahu menahu hanya menganggapnya baik-baik saja. Jika dipikir-pikir sekarang, betapa bodohnya anak itu yang beranggapan masalah yang terjadi biasa-biasa saja. huffffff.......
Memasuki jenjang sekolah menengah atas, baru anak itu tersadar bahwa hidupnya kacau balau dan dimana pada saat itu juga secara tak terduga bidadari memutuskan untuk meninggalkannya. Betapa hancur hati dari anak tersebut, setelah mengetahui bidadari tinggal sebelah, kemanakah pasangan sebelah dari bidadari itu? Tak kuasa anak itu menangis berhari-hari, hidupnya terasa hampa. Walaupun dengan kondisi seperti itu, anak itu tetap beraktivitas seperti anak-anak kebanyakan.Dia tidak peduli sekolah dengan mata sembab sekalipun. kareana yang ia tahu, semua orang tidak akan peduli dengan dirinya, hingga pada suatu hari, ada teman kelasnya menghampirinya, "ada apa denganmu kawan? ". anak itu tersenyum saja dan menjawab pertanyaan temannya, "aku baik-baik saja kawan". "kau tidak bisa membohongiku, jujurlah, aku akan menjadi sahabatmu disaat duka maupun suka" ujarnya. " terimakasih, maaf ini adalah hidupku dan aku tidak mau siapapun mengetahuinya, aku bisa menjalani ini semua" tandas anak itu. Masa-masa sekolah menengah atasnya, ia jalani dengan suka duka tanpa merasakan dekapan hangat dari sepasang bidadarinya.
ketika pergantian tahun 2010 berbagai macam cobaan hidup datang silih berganti, setiap masalah yang ingin dipecahkan tak kunjung berakhir, malah datang masalah-masalah baru yang tidak kalah rumit untuk diselesaikan. Akan tetapi  ia tetap  tersenyum dalam duka. Tidak pernah mau melibatkan seseorang dalam masalahnya. Mencoba mencari jalan keluar sendiri dari maalah yang dihadapi. Dan pada akhirnya ketika ia dihadapkan oleh pilihan, ia bingung harus memilih yang mana, karena ia tahu bahwa dari berbagai pilihan yang memiliki keunggulan dan kelemahan. inilah puncak kegagalan hidup yang dijalani. terombang-ambing, tak tahu harus melakukan apa dan memilih hidup seperti apa. Kosong kurasa hidup ini, ingin hidup seperti anak-anak pada umumnya, menikmati setiap hidup yang mereka jalani tanpa harus menanggung beban hidup seperti yang anak ini alami. walau bagaimana pun, anak ini mempunyai satu mimpi yaitu mengembalikan sepasang bidadari agar bisa hidup bersama lagi dan berusaha tetap hidup dengan sejuta senyuman yang dibaluti duka.

Komentar

Postingan Populer